Praktisi : Pasca Pandemi, Pendidikan Bisa Terapkan Blended Education System

Bagikan

TRANSINDONESIA.CO – Dua bulan para siswa dan siswi melewati masa belajar #dirumahaja pada masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Berbagai kalangan baik pendidik, psikologi hingga Komnas HAM Anak telah terjun mencari solusi terbaik untuk peserta didik #BelajarDirumah.

Meski demikian, hingga kini berbagai solusi masih memerlukan banyak pertimbangan dan juga mengukur psikologis anak sebelum menerapkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pasca pandemi nanti.

Untuk mencari dan mendapatkan solusi terbaik bagi peserta didik yang hingga kini masih #BelajarDirumah, kami mewawancarai secara tertulis lewat jejaring sosial media kepada salah seorang pendidik yang juga praktisi dan konsultan dunia pendidikan, DR. Daduk Merdika Mansur, tinggal di Kota Bandung.

Berikut petikan wawancara Transindonesia.co (TI) dengan DR. Daduk Merdika Mansur (DMM) :

TI : #BelajarDirumah saat ini apa sudah dapat mencapai 60 persen Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)?

Baca Juga : Lulus SMK di Tengah Pandemi Corona, Beberapa Siswa Turut Berkomentar

DMM : Perubahan KBM dari offline menuju pembelajaran jarak jauh online (PJJ Online) akibat adanya pandemi yang memang tidak bisa melakukan pembelajaran konvensional karena berpotensi adanya penyebaran Covid-19.  Sehingga banyak sekolahan yang belum terbiasa melaksanakan PJJ Online akan kesulitan diawal dalam implementasi PJJ online.
Namun saat ini sudah banyak terbantu dengan adanya aplikasi video conference seperti zoom, umeetme, jitsi dan google classroom.

 

Sehingga sekolahan tinggal memanfaatkan aplikasi tersebut untuk PJJ online.
Namun PJJ online ini memerlukan kesiapan sarana yaitu terminal untuk koneksi internet dan melakukan video conference. Sehingga untuk sekolahan yang berada di pinggiran dan masih minim gadget maka PJJ online terkendala. Diperkirakan yang PJJ online sudah di atas 60%.

TI : Bagaimana kondisi anak secara mental bila #BelajarDirumah hingga diperpanjang sampai Juli atau Desember 2020 dikaitkan dengan kondisi pengajar (guru) termasuk prestasi anak dalam belajar?

DMM : Kondisi terberat dari system PJJ online adalah kesiapan psikologis siswa yang mana memerlukan kemandirian dan kesiapan manajemen diri. Faktanya banyak siswa yang masih bergantung kepada sentuhan langsung dari guru.  Beberapa faktor yang menentukan kesuksesan PJJ online adalah sebagai diagram berikut:

Maka jika ingin LPJ online sukses perlu menyiapkan  skill dan kompetensi guru perlu diupgrade, yang kedua kemampuan dan kepedulian wali murid sangat menentukan kesuksesan PJJ online. Yang ketiga perlu di improve kesesuaian kurikulum dengan metode PJJ online. Yang keempat adanya pengaruh internet terhadap perilaku siswa juga perlu di manage dengan baik.

TI : Setelah #BelajarDirumah ini apa yang akan terjadi di dunia pendidikan? Apa ini awal dari KBM jarak jauh (online)?

DMM : Dengan adanya pandemi ini sebetulnya memaksa kita untuk mempercepat implementasi PJJ online yang merupakan metode pembelajaran 4.0. Dimana dengan PJJ online ini siswa lebih terlatih kemandiriannya serta kemampuan digital literasinya juga meningkat tajam. Sehingga jika dikawal dengan baik maka kualitas pendidikan akan meningkat. Sehingga ke depan bisa diberlakukan penggabungan metode KBM atau blended education system yaitu gabungan antara manual dan online KBM.

TI : Apa sudah bisa diterapkan KBM online untuk KBM ke depan?  Perlukah lagi anak ke sekolah?

DMM : Ke depan bisa diberlakukan blended education system sehingga frekuensi siswa ke sekolah bisa lebih jarang. Namun pertemuan tatap muka tetap harus dilakukan karena dalam proses coaching tetap diperlukan pertemuan fisik dalam pengembangan karakter terutama.

Sumber : https://transindonesia.co/2020/05/praktisi-pasca-pandemi-pendidikan-bisa-terapkan-blended-education-system/